Diakonia.id –
Dalam banyak hikayat, tentara kawalan akan sangat membantu para musafir, tetapi suatu keseganan yang kudus mencegah Ezra untuk mencarinya. Ia takut jangan sampai raja kafir menganggap pengakuan imannya dalam Allah adalah kemunafikan belaka, atau mengira bahwa Allah Israel tidak dapat menjaga pemuja-Nya sendiri. Ia tidak terpikir untuk bersandar pada lengan kedagingan dalam perkara yang nyata-nyata berkaitan dengan Tuhan, dan oleh karena itu karavan Ezra berangkat tanpa perlindungan yang terlihat, melainkan dijaga oleh Dia yang adalah pedang dan perisai umat-Nya. Betapa mengerikan bahwa hanya sedikit orang percaya yang merasakan kecemburuan kudus ini untuk Allah; bahkan mereka yang lumayan berjalan dalam iman, terkadang menodai kecemerlangan hidup mereka dengan mengidamkan pertolongan dari manusia. Sesungguhnya terberkatilah yang tidak mempunyai topangan dan penunjang dalam hidup, melainkan berdiri tegap berdasarkan Batu Zaman, ditopang oleh Tuhan sendiri. Akankah orang percaya mencari bantuan pemerintah untuk Gereja mereka, jika saja mereka mengingat Tuhan dipermalukan ketika mereka meminta bantuan Kaisar? seakan-akan Tuhan tidak dapat menyediakan kebutuhan gerakan-Nya sendiri! Haruskah kita tergesa-gesa meminta pertolongan dari teman-teman dan keluarga, jika saja kita mengingat bahwa Tuhan diagungkan dalam ketergantungan mutlak kita kepada Dia semata? Jiwaku, nantikanlah Allah saja. “Tapi,” ada yang berkata, “bukankah sarana ada untuk digunakan?” Tentu saja; tetapi biasanya salah kita adalah bukan dalam mengabaikan sarana: justru jauh lebih sering salah kita timbul dari percaya dengan bodohnya kepada sarana dan bukannya Allah. Sedikit orang yang terlalu mengabaikan tangan ciptaan, justru jauh lebih banyak orang yang berdosa besar dengan terlalu mementingkan ciptaan. Belajarlah, pembaca yang terkasih, untuk memuliakan Tuhan dengan membiarkan sarana dunia tidak dicoba, jika dengan menggunakannya engkau mencemarkan nama Tuhan.
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.