Diakonia.id –
Dia tidak pernah lambat berbicara ketika Ia dapat memberkati anak-anak manusia, tapi Ia tidak mengatakan satu kata pun untuk diri-Nya sendiri. “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” [Yohanes 7:46] dan tidak pernah manusia diam seperti Dia. Apakah keheningan yang luar biasa ini adalah rujukan kepada pengorbanan diri-Nya yang sempurna? Apakah itu menunjukkan bahwa Ia tidak mengucapkan sepatah kata untuk mencegah pembantaian terhadap pribadi-Nya yang kudus, yang telah didedikasikan-Nya sebagai kurban bagi kita? Apakah Ia telah begitu sepenuhnya menyerahkan diri sehingga Ia tidak akan ikut campur demi kepentingan-Nya sendiri, bahkan di dalam hal terkecil, tetapi terikat dan dibunuh sebagai seorang korban yang tak melawan dan tak mengeluh? Apakah keheningan ini menunjukkan bahwa dosa tidak dapat dibela? Tidak ada yang bisa dikatakan untuk menyembunyikan atau memberikan dalih atas kesalahan manusia; dan karena itulah, Dia yang menanggung keseluruhan bebannya berdiri membisu di hadapan hakim-Nya. Bukankah keheningan yang sabar adalah jawaban terbaik bagi dunia yang selalu membantah? Ketahanan yang tenang kadang-kadang menjawab pertanyaan jauh lebih meyakinkan daripada fasih bibir yang paling hebat. Pembela terbaik agama Kristen pada masa-masa awal adalah para martir. Paron [1] menghentikan martil dengan diam-diam menanggung pukulan-pukulannya. Bukankah Anak Domba Allah memberikan kita sebuah contoh kebijaksanaan yang agung? Ketika setiap kata merupakan kesempatan baru untuk menghujat, sudah seharusnya bensin tidak disediakan untuk memperbesar api dosa. Hal yang ambigu dan palsu, yang tidak layak dan hina, akan segera saling menggulingkan dan berbantahan dengan dirinya sendiri, dan karena itu yang sejati boleh tenang dan hikmatnya adalah keheningan. Terbukti Tuhan kita, dengan keheningan-Nya, memberikan penggenapan nubuat yang luar biasa. Sebuah pembelaan yang panjang dari diri-Nya bakal bertentangan dengan prediksi Yesaya: “seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” [Yesaya 53:7] Dengan ketenangan-Nya, Ia dengan meyakinkan membuktikan diri-Nya adalah Anak Domba Allah yang sejati. Demikianlah kita menyambut-Nya pagi ini. Bersamalah dengan kami, Yesus, dan dalam keheningan hati kami, biarlah kami mendengar suara kasih-Mu.
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.