• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
    • Gereja
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
    • Gereja
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Umum

Apa yang sebaiknya dilakukan ketika keyakinan umat Kristen melawan dicap intoleran oleh masyarakat?

Diakonia IndonesiabyDiakonia Indonesia
24 April 2020
inBelajar Alkitab, Kebangsaan, Umum
46 2
AA
0
Mengapa orang-orang Kristen tidak berpuasa sebagaimana orang-orang Muslim?


Diakonia.id – Sebagian besar masyarakat pada zaman ini ingin menganggap dirinya “toleran.” Toleransi itu pada umumnya diartikan “menerima sesama tanpa menghakimi tindakan atau gaya hidup mereka.” Akan tetapi umat Kristen yang telah membaca Alkitab tidak dapat menyetujui semua tindakan atau gaya hidup semua orang; dengan jelas Alkitab menggolongkan gaya hidup tertentu sebagai gaya hidup berdosa dan tidak menyenangkan Allah. Ketika keyakinan seorang Kristen bertentangan dengan standar toleransi yang dianut masyarakat, maka umat Kristen yang sering dicap sebagai “tidak toleran,” “fanatik,” atau “terbalik.” Ironisnya, mereka yang mengklaim diri paling toleran pada umumnya paling tidak toleran terhadap sudut pandang Kristen.

Seringkali konflik antara keyakinan Kristen dan standar toleransi sekuler terjadi ketika sebuah bisnis yang dimiliki oleh umat Kristen dipaksa melanggar keyakinannya dengan meminta mereka menjadi fotografer, membuatkan kue atau merangkai karangan bunga, atau menyewakan kamar untuk acara pernikahan sesama jenis. Paksaan ini bersifat hukum undang-undang yang telah dirancang oleh masyarakat menurut paham sekuler mereka. Adapula konflik yang jauh dari sorotan orang banyak, namun tetap terjadi, seperti keyakinan orang Kristen yang menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan di acara pesta, atau kohabitasi sebelum nikah.

Baca juga:   Apakah Alkitab bernubuat akan adanya pemerinthaan global dan mata uang global di akhir jaman?

Sebuah prinsip yang menyelimuti banyak isu diajukan oleh Petrus ketika dihakimi oleh Sanhedrin: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kisah 5:29). Tekanan apapun yang dicurahkan oleh masyarakat, pengikut Kristus mengenal Tuhannya dan memilih untuk menaati-Nya. Di dalam dunia berdosa yang jelas membenci Kristus, tentunya konflik tak terhindarkan. “Toleransi” yang diusung dunia tidak memberi tempat bagi keyakinan Kristen, namun, bagi mereka yang berjalan dalam Roh, keyakinan Kristen adalah mutlak. Alkitab mengajarkan adanya kebenaran dan kesalahan, dan pelatihan sensitifitas apapun atau sesi dialog apapun tak dapat merubah kenyataan itu.

Jika kita mendefinisikan toleransi sebagai “membetahkan diri dengan sesuatu yang tidak disenangi,” maka seharusnya toleransi tidak membutuhkan dukungan atau pengakuan. Dalam pengertian ini, umat Kristen perlu mengusahakan diri sebagai kaum yang toleran, supaya kasih kita dapat diamati oleh semua orang (Matius 5:16). Kita seharusnya “membetahkan diri” dengan banyak hal. Dalam sebagian besar kasus, seharusnya kita dapat menahan diri supaya tidak membenci sesuatu yang kita anggap jorok. Masalah biasanya timbul ketika toleransi didefinisikan sebagai penerimaan atau dukungan terhadap hal yang tidak kita setujui. Seorang Kristen dengan keyakinan yang alkitabiah dapat menerima bahwa manusia berdosa, namun ia tetap menyebut tindakan tersebut sebagai “dosa.” Keyakinan seorang Kristen tidak menyempatkan dukungan terhadap dosa sama sekali.

Baca juga:   Kisah mantan budak seks ISIS yang dipaksa berpisah dengan anak kandungnya

Bagaimanapun juga toleransi didefinisikan, semua itu ada batasnya: pesan apakah yang diberikan jika sebuah gereja mengadakan kebaktian “interaktif” dengan kelompok sihir? Bagaimana jika seorang hakim “mentoleransi” kebohongan yang disengaja – ia memperbolehkannya di dalam ruang sidang, meskipun ia tak menyukainya? Seberapa besar pelecehan yang perlu “ditoleransi” seorang guru di dalam ruang kelasnya? Bagaimana jika seorang ahli bedah mulai “mentoleransi” kondisi infeksius di dalam ruang operasinya?

Ketika seorang percaya mengamati bahwa keyakinan Kristianinya berseberangan dengan definisi toleransi orang lain, ia perlu: 1) Berdoa supaya diberi hikmat dan ketabahan. 2) Meneliti apakah keyakinannya benar-benar alkitabiah, atau hanya berupa prarasanya. Menolak sebuah kebaktian gereja bersama dengan umat Hindu adalah keyakinan yang alkitabiah; menolak masakan dari kebudayaan lain di perjamuan kasih di gereja tidaklah alkitabiah. 3) Berkomitmen untuk mengasihi musuhnya dan berbuat baik kepada mereka (Matius 5:38-48). 4) Menyikapi konflik dengan “belas kasih, kebaikan, kerendah-hatian, kelemah-lembutan, dan kesabaran” (Kolose 3:12). 5) Jika ada dampak secara hukum, perlu diteliti hak asasi yang ia miliki (baca Kisah 16:37-38; 21:39).

Baca juga:   Apa arti hidup?

Meskipun di tengah konflik antara keyakinan ilahi dan toleransi sekuler, seorang Kristen perlu menunjukkan kasih dan kebenaran Kristus, dengan meneladani bagaimana kasih dan kebenaran dapat hadir secara bersamaan. Dalam setiap situasi, kita perlu menunjukkan “cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan” (Yakobus 3:13). Perilaku kita harus sedemikian rupa sehingga “mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu” (1 Petrus 3:16). (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: Eskatologi
Share24SendShareTweet15Share4Share6Send
Previous Post

Denny Siregar: Umat Islam, Belajarlah ke Umat Kristen

Next Post

Presiden Jokowi Minta Kapolri Tindak Tegas Pelaku Intoleransi

Next Post
Presiden Jokowi Minta Kapolri Tindak Tegas Pelaku Intoleransi

Presiden Jokowi Minta Kapolri Tindak Tegas Pelaku Intoleransi

Leave a ReplyCancel reply

No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 64 other subscribers

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2020 Diakonia Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
    • Gereja
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate

© 2020 Diakonia Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Follow & Support Us!!

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

true