• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Gereja
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Gereja
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Apologetika

Apakah Allah sudah mati?

Diakonia IndonesiabyDiakonia Indonesia
2 April 2021
inApologetika, Belajar Alkitab
48 2
AA
0
Kanon Alkitab


Diakonia.id – Istilah teknis bagi pengajaran yang menyimpulkan “Allah telah mati” adalah teotanatologi, sebuah kata gabungan yang terdiri dari tiga kata Yunani: teos (allah) + tanatos (mati) + logia (kata).

Filsuf sekaligus penyair Jerman bernama Friedrich Nietzche dikenal oleh pernyataannya “Allah sudah mati” pada abad ke-19. Nietzsche, yang dipengaruhi oleh filsafat Yunani dan teori evolusi, menulis, “Allah sudah mati. Allah tetap mati. Dan kita telah membunuhnya. Bagaimana seharusnya kita, pembunuh di atas semua pembunuh, menghibur diri?…Bukankah besarnya tindakan ini melampaui kapasitas kita? Bukankah kita sendiri perlu menjadi allah karena telah mampu melakukannya?” (Nietzsche, The Gay Science, 125).

Tujuan Nietzsche adalah menghapuskan nilai moralitas “tradisional” – keKristenan, khususnya – karena, dalam benaknya, keKristenan mencerminkan upaya pemimpin rohani yang melayani diri sendiri untuk mengendalikan massa yang lemah dan bebal. Nietzsche yakin bahwa “ide” keberadaan Allah sudah tidak lagi diperlukan; bahwa Allah tidak penting karena manusia sedang mengembangkan “moralitas pribadi” yang lebih dalam dan lebih memuaskan.

Baca juga:   Apa kata Alkitab mengenai biseksualitas? Mengapa biseksualitas merupakan dosa?

Filsafat “Allah sudah mati” milik Nietzsche telah digunakan untuk mengembangkan teori eksistensialisme, nihilisme, dan sosialisme. Teolog radikal seperti Thomas J.J. Altizer dan Paul van Buren mempromosikan ide “Allah sudah mati” pada tahun 1960 sampai dengan 1970an.

Kepercayaan bahwa Allah telah mati dan agama tidaklah penting secara alami akan berkesimpulan pada ide-ide berikut:

1) Jika Allah sudah mati, maka tidak ada moralitas absolut dan umat manusia tidak perlu menyelaraskan diri dengan tolak ukur universal.
2) Jika Allah sudah mati, tidak ada tujuan atau urutan logis dalam kehidupan.
3) Jika Allah sudah mati, rancangan yang diamati dan diajukan dalam alam semesta hanyalah rekayasa manusia yang sedang mencari makna dalam kehidupan mereka.
4) Jika Allah sudah mati, manusia mempunyai kehendak bebas untuk menciptakan nilai-nilainya secara pribadi.
5) Jika Allah sudah mati, maka dunia “nyata” (sebagai kontras dengan surga atau neraka) merupakan satu-satunya kepentingan manusia.

Baca juga:   Haruskah orang Kristen mencoba untuk menginjili orang ateis?

Ide bahwa “Allah sudah mati” pada dasarnya adalah penolakan terhadap otoritas Allah dalam kehidupan kita. Gagasan bahwa kita dapat menciptakan aturan pribadi kita adalah dusta yang diajukan ular kepada Hawa: “…kamu akan menjadi seperti Allah” (Kejadian 3:5). Petrus menghimbau “…demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka” (2 Petrus 2:1).

Baca juga:   Apakah Tuhan betul-betul ada? Bagaimana saya tahu bahwa Tuhan itu betul-betul ada?

Argumen bahwa “Allah sudah mati” pada umumnya digunakan sebagai filsafat yang logis dan menguatkan bagi kalangan seniman dan cendekiawan. Akan tetapi Alkitab menjulukinya kebodohan. “Orang bebal berkata dalam hatinya: ‘Tidak ada Allah’…” (Mazmur 14:1). Adalah ironis sekali bahwa pemeluk filsafat “Allah sudah mati” akan menemukan kekeliruan yang fatal dalam filsafat mereka sendiri mati. (gotquestions)

Join @idDiakonia on Telegram
Tags: Alkitab
Share26SendShareTweet16Share4Share6Send
Previous Post

Tetapi Ia tidak menjawab suatu kata pun. [Matius 27:14]

Next Post

Ridwan Kamil jamin keamanan selama Perayaan Paskah

Next Post
Ridwan Kamil jamin keamanan selama Perayaan Paskah

Ridwan Kamil jamin keamanan selama Perayaan Paskah

Leave a ReplyCancel reply

No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 76 other subscribers

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2020 Diakonia Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Blog
    • APOLOGETIK & TANGGAPAN ATAS TUDUHAN
    • Gereja
    • Denominasi
    • Keluarga & Relasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
  • Our Services
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
  • Donate

© 2020 Diakonia Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Follow & Support Us!!

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

true