Diakonia.id –
Penglihatan dalam pasal ini menggambarkan kondisi Israel pada zaman Zakharia; namun ketika aspek-aspeknya ditafsirkan terhadap kita, penglihatan ini menggambarkan gereja Allah pada masa sekarang. Gereja dibandingkan dengan pohon-pohon murad yang makmur bertumbuh dalam lembah. Tersembunyi, terbengkalai, terpisahkan; tidak mengundang baik penghormatan maupun pandangan dari pengamat yang tidak peduli. Seperti Kepalanya, gereja memiliki kemuliaan, namun terselubungi dari mata daging, karena belum saatnya untuk gereja hadir mencuat dalam segenap kemuliaannya. Terkesan suatu gagasan akan keamanan yang tentram: pohon-pohon murad di jurang tenang dan teduh selagi badai menyapu puncak-puncak gunung. Badai mengamuk pada puncak berkarang pegunungan Alpen, tetapi di bawah sana, di mana mengalir sungai yang menggirangkan kota Allah kita, pohon-pohon murad makmur bertumbuh di samping air yang tenang, tidak satupun tergoyahkan angin ribut. Betapa hebatnya ketentraman batin gereja Allah! Bahkan ketika ditentang dan dianiaya, gereja-Nya tetap memiliki damai yang bukan dari dunia, makanya dunia tidak dapat merenggutnya: damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran umat Tuhan [Filipi 4:7]. Bukankah kiasan ini dengan tegas menggambarkan kedamaian, pertumbuhan tanpa henti orang-orang suci? Pohon-pohon murad tidak menggugurkan daunnya, ia selalu hijau; dan gereja di waktu terburuknya tetap subur; bahkan kadang-kadang gereja justru paling hijau di dalam musim dingin yang paling menggigit. Gereja bertumbuh makmur ketika kesulitan teramat berat. Karena itu ayat ini menyiratkan kemenangan. Pohon murad adalah lambang damai, dan bukti kemenangan yang penting. Dahi para penakluk dibelit oleh daun murad dan salam; dan bukankah gereja selalu menang? Bukankah setiap orang Kristen lebih daripada orang-orang yang menang oleh Dia yang mengasihi-Nya? [Roma 8:37] Dalam hidup yang damai, tidakkah orang-orang kudus tertidur dalam pelukan kemenangan?
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.