Diakonia.id -Tak seorang pun yang menikah dengan tulus berharap hubungannya akan berakhir dengan perceraian. Adapun sebuah pernikahan dibangun oleh dua orang yang memiliki komitmen untuk hidup bersama. Namun, ketika salah satu pihak tidak lagi menginginkannya, tentunya mau tak mau pernikahan itu harus berakhir.
Perceraian merupakan peristiwa traumatik yang dampaknya tidak boleh dianggap enteng. Luka batin akibat bercerai sering kali menimbulkan trauma dan rasa sakit berkepanjangan yang dapat mengganggu jalan hidup Anda.
Untuk itu, kenali lima tahapan psikologis yang biasanya dialami setelah bercerai agar Anda bisa bangkit dan kembali menata hidup:
1.Denial (Tidak Terima Kenyataan)
Di tahap awal, Anda akan sulit memercayai apa yang menimpa pernikahan yang dulu Anda impikan. Anda masih berharap semuanya bisa kembali seperti sediakala. Andai ini terjadi pada orang lain, mungkin Anda bisa memakluminya, tetapi Anda tidak percaya perceraian itu dapat menimpa diri Anda sendiri.
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. – Filipi 4:6
Pada masa-masa ini, yang bisa Anda lakukan adalah berdoa. Berdoalah kapan pun Anda membutuhkannya. Saya ingat, kala itu saya menulisi buku harian saya setiap hari dengan doa-doa kepada Tuhan. Tak cukup sampai di situ, setiap kali saya gelisah, sedih, atau khawatir, saya berdoa supaya bisa menerima kenyataan bahwa ini adalah jalan hidup yang harus saya lalui.
2. Blaming (Menyalahkan)

Selama periode ini, saya bergumul untuk berdamai dengan diri sendiri, serta mempercayai rencana dan rancangan Tuhan dalam hidup saya.
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. – Yesaya 55:8
Saya belajar untuk melihat bahwa rancangan saya bukanlah rancangan Tuhan. Bahwa rencana-Nya jauh lebih baik daripada rencana saya, meskipun itu menyakitkan dan saya belum bisa melihatnya saat itu. Namun, saya percaya, kalaupun saya dan pasangan terus bersama, belum tentu pernikahan kami akan sebahagia yang saya inginkan.
3. Hurt and Bitter (Sakit dan Pahit)
Pada tahap ini, rasa sakit dan pahit Anda akan menjadi-jadi. Anda terluka karena dicampakkan begitu saja setelah semua yang kalian lewati bersama. Anda sedih, terpuruk, dan malu. Malu terhadap keluarga, teman, serta orang sekitar. Anda minder. Merasa tak berharga dan tak layak dikasihi karena Anda telah ditinggalkan. Anda merasa sendirian.
Waktu itu, saya seperti berjalan menuju lorong-lorong kematian. Ribuan malam saya lewati bersama air mata dan doa-doa yang tiada henti saya panjatkan untuk memohon kekuatan dan keikhlasan. Ini adalah proses yang saya lewati dengan susah payah.
Selama masa ini, ada dua hal yang bisa Anda lakukan:
- Baca firman Tuhan untuk memperoleh kekuatan. Firman Tuhan adalah penyemangat yang luar biasa. Saat Anda lemah dan tak berdaya, firman-Nya akan menghibur, menguatkan, dan menyembuhkan segala sakit hati dan kepahitan Anda.
- Bergabung dengan komunitas yang mendukung Anda. Di dalam komunitas rohani ini, saya mencari nasihat bagaimana menyikapi pernikahan yang telah usai. Saya juga belajar tentang pertumbuhan anak, cara mendidik anak, serta bagaimana berperan ganda sebagai ibu sekaligus ayah bagi buah hati saya.
Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati. – Ulangan 31:8
Ketika Anda merasa putus asa, powerless, sendirian menanggung beban hidup—terlebih jika Anda sendirian mengasuh anak-anak hasil pernikahan—ingatlah janji Tuhan. Sekalipun pasangan Anda meninggalkan Anda, Tuhan tidak akan membiarkan atau meninggalkan Anda!
4. Negotiation (Mulai Berpikir dengan Akal Sehat dan Belajar Menerima)
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! – Mazmur 42:5
Setelah melewati ketiga masa sulit di atas, Anda akhirnya kembali dapat berpikir jernih dan mulai bisa menerima kenyataan.
Saat itu, saya sadar, menangisi sesuatu yang terjadi di luar kendali saya tidak akan menghasilkan apa-apa. Kesedihan berlarut-larut saya tidak menyelesaikan masalah. Malahan, itu bisa berdampak buruk terhadap kondisi psikis kedua anak saya. Jika saya tidak kuat menghadapi situasi ini, mereka akan ikut rapuh dan tidak siap menjalani hidup tanpa sosok yang mereka kasihi.
Ketika tahap ini datang, Anda harus bangkit. Rencanakan masa depan Anda bersama anak-anak. Berharaplah kepada Tuhan, karena Dia tidak pernah mengecewakan!
5. Acceptance (Penerimaan)

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. – Amsal 23:18
Kini, tibalah saatnya Anda fokus menjalani bab baru hidup Anda! Meskipun tanpa pasangan, masa depan Anda dan anak-anak masih ada. Harapan Anda kepada Tuhan tidak akan sia-sia!
- Jika awalnya Anda seorang ibu rumah tangga, mulailah mencari pekerjaan agar Anda bisa mandiri dan memenuhi kebutuhan keluarga, yang tentunya tidak sedikit. Dengan bekerja, Anda akan punya kesibukan, dan sedikit demi sedikit, dapat melupakan luka batin akibat perceraian.
- Atur jadwal bersama anak-anak. Kini Anda menjalani peran ganda sebagai orang tua. Dengan tanggung jawab yang bertambah, Anda perlu lebih cermat mengatur waktu untuk diri sendiri dan keluarga.
- Luangkan waktu spesial bersama anak-anak seminggu sekali. Sekadar pergi ke taman bermain atau berenang akan membuat mereka gembira dan melupakan kesedihan. Anda pun dapat memiliki waktu berkualitas bersama anak-anak yang tidak dapat digantikan oleh apa pun.
- Mintalah nasihat dan banyak-banyaklah bertanya mengenai peran baru Anda sebagai orang tua, terutama tentang bagaimana membesarkan anak tanpa pasangan. Tujuannya agar Anda tidak salah didik atau timpang dalam menjalankan peran.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. – Roma 8:28
Jangan takut menghadapi masa depan selepas perceraian. Tutup lembaran lama dan lepaskan semua sakit hati itu supaya Anda bisa melangkah ke depan. Percayalah, Tuhan tidak akan tinggal diam dan membiarkan Anda menjalani ini sendirian. Dia selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan untuk hidup Anda dan saya!(gkdi.org)