Diakonia.id –
Yoyakin tidak diusir dari istana raja dengan bekal yang akan mencukupinya selama berbulan-bulan, tetapi kebutuhannya diberikan seperti dana pensiun yang diberikan tiap-tiap hari. Di sini dia sangat jelas menggambarkan posisi semua umat Allah yang berbahagia. Jatah harian adalah seluruh kebutuhan seorang manusia. Kita tidak memerlukan kebutuhan besok; hari esok belum tiba, dan kebutuhannya masih seperti bayi yang belum lahir. Kehausan yang mungkin kita alami pada bulan Juni tidak perlu dipuaskan pada Februari, karena memang belum kita rasakan; jika kita berkecukupan setiap hari sebagaimana setiap hari tiba, kita tidak akan pernah mengenal kekurangan. Kecukupan hari ini merupakan seluruh yang dapat kita nikmati. Kita tidak dapat makan atau minum maupun memakai lebih dari porsi makanan atau pakaian hari ini; lebih dari itu membuat kita repot menyimpannya, dan gelisah dalam mewaspadai pencuri. Satu tongkat membantu seorang musafir, tetapi segepok tongkat merupakan beban berat. Cukup bukan saja sama baiknya dengan sebuah pesta, tetapi cukup adalah hal yang bisa sungguh-sungguh dinikmati orang paling rakus sekalipun. Inilah seluruh yang seharusnya kita harapkan; menginginkan lebih merupakan tindakan yang tak tahu berterima kasih. Saat Bapa kita tidak memberikan lebih, kita seharusnya berpuas dengan jatah harian dari-Nya. Keadaan Yoyakin merupakan keadaan kita, kita mendapatkan bagian yang pasti, raja selalu memberikannya kepada kita, bagian dari kemurahan hati, dan bagian yang kekal. Tentulah ini merupakan suatu pokok syukur.
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.