Diakonia.id – Di Deli Serdang, Sumatera Utara, beberapa anggota Densus 88, bergerak senyap menuju sebuah gudang.
Mereka punya petunjuk bahwa disana ada anggota kelompok teroris. Bagai burung hantu, mereka masuk secara mendadak dan menyergap penghuninya.
Apa yang ada di dalam gudang itu membuat semua orang terdiam. 500 buah kotak amal yang biasanya disebar di jalan-jalan, di minimarket dan dibawa keliling. Persis sama seperti yang didapatkan Densus 88 di Tanjung Balai. Juga ada brosur untuk donasi.
Tanpa sadar, ketika kita dihampiri oleh seseorang dgn bawa kotak amal atau amplop untuk diisi, tanpa kita tahu kita menyumbang untuk siapa, kita sebenarnya sudah menyumbang untuk kegiatan teroris.
Para teroris itu selalu membawa nama pesantren, rumah yatim, sekolah penghafal Alquran dan lainnya yang keberadaannya entah ada dimana. Mereka menggunakan agama untuk mengetuk “kepedulian” kita. Janji-janji surga selalu mereka lampirkan di brosur mereka dengan hadis dan ayat untuk memperkuat klaim mereka.
Dan biasanya, banyak diantara kita, ketika itu berhubungan dengan agama, langsung tidak mau mengkonfirmasi lagi. “Ah, yang penting kita sudah sedekah, mau dipakai apa bukan urusan kita..”
Padahal yang dimaksud “sedekah” itu dipakai untuk membuat bom bunuh diri, memperkuat pasukan mereka bahkan untuk merekrut dan melatih kader muda. Kita, tanpa sadar, menjadi bagian dari mereka.
Sementara itu, tanpa kita sadari juga, kita tidak pernah bersedekah untuk orang yang benar-benar kita kenal. Saudara kita, teman kita, bahkan tetangga samping rumah yang mungkin sedang membutuhkan. Mereka meminta sedekah bukan dengan menjual agama, tapi benar-benar karena membutuhkan..
Mulailah perduli sekarang juga. Bantulah Densus 88 menghajar mereka. Jangan pernah memberikan donasi, sumbangan, sedekah atau apapun dari mereka yang tidak kita kenal dan kita tidak tahu dimana tempatnya.
Itu saja sudah cukup membantu melawan terorisme di negeri ini..
Setuju, kawan ? Mari kita seruput kopi dulu sama-sama
Penulis: Denny Siregar