Diakonia.id – Pegiat media sosial Eko Kuntadhi mengritik aksi ibadah di trotoar. Di sisi lain ia juga membandingkan aksi tersebut dengan kasus pelarangan pembangunan gereja di Cilegon.
“Yang punya banyak rumah ibadah, memilih rendah hati. Ibadah di trotoar. Berkelindan dengan pejalan kaki. Yang susah bangun rumah ibadah, memilih ngelus dada. Mau ibadah di rumah sendiri saja takut digeruduk,” kata Eko Kuntadhi melalui akun Twitternya.
“Tuhan meminta kami untuk rahmatan lil alamin, katanya,” imbuh Eko Kuntadhi sambil mengunggah poster seruan aksi massa penolakan pembangunan gereja di Cilegon. Dalam poster tersebut, tertulis Masyarakat Banten Bersatu (MBB) sebagai penyebarnya.
Sebelumnya diberitakan, di sosial media beredar video aksi masyarakat Kota Cilegon yang melakukan pembongkaran pagar yang terbuat dari bahan seng yang menutupi area lahan, pada malam Senin, (18/4/2022) .
Dalam rekaman video tersebut, disebutkan aksi ini merupakan bentuk penolakan masyarakat atas rencana dibangunnya Rumah Ibadah Gereja di lokasi tersebut.
Menurut info, lahan yang ditutupi pagar seng berlokasi di Lingkungan Sumur Wuluh, Cikuasa, Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon itu akan dibangun gereja dari Jemaat Kristen HKBP.
“Pembongkaran pagar yang rencana besok akan dilaksanakan peletakan batu pertama pembuatan gereja,” ujar warga dalam video tersebut.
“Kita dari dua Lingkungan di Sumur Wuluh membongkar pagar untuk menolak pembangunan gereja HKBP,” pungkasnya.
Hingga video ini menyebar, belum ada informasi sikap dan tindakan dari aparat pemerintah setempat maupun penegak hukum terkait penyelesaian masalah tersebut.