Diakonia.id – Saya membaca suatu artikel yang bagus sekali dalam sebuah web, tidak saya ketahui siapa penulisnya namun apa yang disampaikan mewakili apa yang ada dalam hati saya :
“Dalam menyampaikan pewahyuan yang semakin berkembang tentang kasih karunia dalam beberapa tahun terakhir ini, kita banyak berbenturan dengan orang-orang yang tidak suka mendengar Kabar Baik itu karena sejumlah alasan.
Memang Allah sendiri mengatakan bahwa Yesus, salib dan Injil adalah batu sandungan; gangguan bagi banyak pihak.
Saya bertanya-tanya, mengapa?
Mengapa orang tersinggung dengan kabar baik?
Saya yakin ini terkait dengan KRISIS IDENTITAS.”
Banyak orang, terutama orang percaya, bereaksi sangat menentang saat mendengar ‘kasih karunia’ karena kata ini menimbulkan krisis identitas dalam diri mereka.
Bertahun-tahun mereka diajari bahwa mereka tak layak dikasihi Allah, bahwa mereka adalah makhluk berdosa menyedihkan yang harus memohon belas kasihan Seorang Allah-Hakim yang marah yang sangat membenci mereka karena mereka terus menerus berdosa. Dan yang akan menghukum dan memusnahkan mereka karena telah begitu tak berguna.
Mereka diajarkan tentang apa yang Allah suka dan benci.
Mereka terus menerus dibebani melakukan upaya berdasarkan kemampuan mereka untuk melakukan apa yang Allah suka dan menghindari apa yang Dia benci sebagai syarat kelayakan menerima kasih-Nya.
“Jika anda melakukan apa yang Allah suka, Ia akan menyukai anda. Sebaliknya, jika anda melakukan yang Ia benci, Ia akan membenci anda. Allah akan lebih menyayangi anda jika anda beribadah di gereja kami, memberi lebih dari 10% pendapatan anda dan hidup sebagai warga masyarakat yang bermoral.”
Agama mencekoki mereka dengan formula ‘lakukan yang baik anda akan dihargai, lakukan yang buruk anda akan dibenci’; membuat orang percaya mendasarkan identitasnya pada keseimbangan tersebut.
Ketika kasih karunia datang dan mengatakan, “Tak peduli apa yang anda lakukan, Allah mengasihi anda dan berkenan pada anda”, maka seluruh ‘menara’ identitas itu rubuh.
Ini membuat mereka marah karena jauh dalam hati mereka sadar mereka sedang menipu diri.
Bertahun-tahun mereka mencantolkan identitas mereka pada usaha menyenangkan Allah dan manusia.
Sepanjang mereka merasa benar karena merasa Tuhan senang atas perbuatan baik mereka, dimana amal pahala mereka lebih banyak ketimbang salah dosa mereka, mereka puas.
Mereka terhibur dengan berpikir atau percaya bahwa upaya mereka melakukan segala aturan itu menyukakan hati Tuhan.
Sayangnya bukan ini yang Allah maksudkan.
Satu-satunya yang menyenangkan Allah adalah percaya/beriman pada Yesus. Beriman pada usaha sendiri untuk jadi benar bukanlah iman yang menyenangkan Allah, sebesar apapun anda memercayai hal itu.
Identitas anda harusnya ditemukan DALAM YESUS, BUKAN dalam usaha anda.
Anda diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman, bukan melalui usaha anda.
Yesus tidak akan mati bagi anda jika anda tidak berharga.
Dia tidak akan repot-repot mati di Golgota jika Dia tidak mencintai anda sejak semula.
Cinta-Nya pada anda tidak pakai syarat.
Artinya, amal anda tidak menentukan cinta-Nya pada anda. Tidak membuat Ia jadi lebih cinta pada anda.
Segala jerih payah anda tidak membuat Ia jadi makin sayang pada anda.
Anda berharga.
Anda layak.
Titik.
Anda hanya perlu membaca Alkitab untuk mengetahuinya.
Anda harus putuskan apakah Allah mencintai anda atau tidak. Sekali anda putuskan bahwa Ia mencintai anda (jelas sekali dinyatakan di Alkitab), lekatkan identitas anda pada kebenaran itu
Yohanes begitu.
Ia selalu menyebut dirinya ‘murid yang dikasihi-Nya”.
Yesus mengasihi semua murid-Nya.
Tapi Yohanes mendasarkan identitasnya dalam kasih itu.
Yohanes tahu itu penting.
Begitu anda tahu bahwa anda dicintai, dikasihi apapun yang terjadi, anda akan berhenti berusaha membuat Allah terkesan; sebaliknya anda akan ‘beristirahat’ dalam apa yang Dia lakukan.
Inilah kasih itu.
Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tapi Allah yang telah mengasihi kita.
Jika kasih karunia menyinggung anda, silakan periksa apakah anda sedang berupaya membuat diri layak di depan Allah.
HENTIKAN itu.
Karena hasilnya akan bertentangan dengan tujuan anda.
Galatia 2:16
Kamu tahu, bahwa TAK SEORANGPUN YANG DIBENARKAN karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya karena IMAN DALAM YESUS KRISTUS. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena IMAN DALAM KRISTUS dan BUKAN karena oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab “TIDAK SEORANGPUN DIBENARKAN KARENA MELAKUKAN HUKUM TAURAT.”
Jika identitas anda diletakkan dalam usaha anda, berarti anda hidup di BAWAH Taurat.
Tak peduli berapa banyak anda memohon, meminta, mengaku dosa, pergi ke gereja, berdoa, meditasi firman atau memberi perpuluhan; jika anda bergantung pada diri sendiri, anda sedang MENGHAPUS Yesus dari Injil.
Jika begitu, Injil bukan lagi Injil, bukan lagi Kabar baik.
Jika itu yang terjadi, berarti anda menyampingkan kasih karunia Allah dan dengan begitu sia-sialah kematian Kristus bagi anda.
Galatia 2:21
Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab jika aku dibenarkan oleh hukum Taurat, sia-sialah Kristus mati.
Temukan identitas anda dalam Kristus, dalam kasih karunia-Nya, cinta-Nya dan perkenanan-Nya yang melingkupi anda setiap saat.
Anda benar sebagai pemberian-Nya, bukan hasil usaha anda.
Galatia 3:2
Hal ini ingin kuketahui dari kamu : Adakah kamu menerima Roh karena melakukan Taurat, atau karena percaya?
Anda menerima Roh Kudus karena iman.
Anda menerima keselamatan karena iman.
Anda menerima Hadiah Kebenaran karena iman.
Bukan karena apa yang anda lakukan.
Kolose 2:6
Sebagaimana kamu telah menerima Kristus Yesus, demikian jugalah kamu berjalan di dalam Dia.
Anda menerima karena iman.
Sekarang berjalanlah dalam iman.
Anda menerima bukan sebagai hasil usaha anda, jadi jangan berjalan dengan kekuatan anda.
[Simon Yap : Why are people so offended by the Gospel of Grace?; 28 May, 2011]
*) Diterjemahkan oleh Mona Yayaschka/dailygracia