• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
    • Donate
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
    • Donate
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Umum

Tari sufi dan selawat iringi misa Natal, ‘upaya jalin persahabatan lintas iman’

Diakonia IndonesiabyDiakonia Indonesia
27 December 2019
inUmum
AA
0
Tari sufi dan selawat iringi misa Natal, ‘upaya jalin persahabatan lintas iman’

Diakonia.id – Imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur agar Muslim tak ucapkan ‘Selamat Natal’ tak menghentikan sekelompok pemuda lintas iman untuk turut berpartisipasi dalam perayaan Natal di Malang.

Harum dupa menguar dari balik Gereja Katolik Paroki Santo Vincentius A. Paulo di Malang, Jawa Timur, saat misa Natal, Rabu (25/12) sore.

Puluhan misdinar atau pelayan Romo berbaris, berjalan pelan.

Mereka mengenakan pakaian atas putih dan bawah merah.

Seorang misdinar membawa salib, dua orang yang membawa lilin dan seorang membawa wadah berisi dupa.

Pengurus gereja menyambut dan menyapa Gusdurian Muda (Garuda) yang hadir.

Melalui pengeras suara, diumumkan kepada jemaat misa natal jika Gusdurian berada di antara mereka.

Mereka hadir untuk membangun toleransi dan berkontribusi pada dialog lintas iman.

“Selamat datang kawan Gusdurian, Gusdurian Muda dan Gubuk Sufi. Mereka hadir untuk menyemarakkan misa Natal. Terima kasih telah hadir dan membangun toleransi,” katanya seperti dilaporkan wartawan Eko Widianto untuk BBC Indonesia.

Baca juga:   Sejarah Agama Kristen Katolik dan Protestan

Berjalan perlahan, mereka memasuki gereja. Sementara di belakang Romo Yohanes Gani Sukarsono dan pemuka gereja mengikuti, berjalan di belakang.

Di belakang Romo Gani, sejumlah pemuda mengenakan peci putih berbaju koko dan bersarung. Masing-masing memukul rebana sembari menyanyikan selawat syiir tanpo waton.

Sejumlah perempuan berjilbab dan laki-laki berpeci duduk di antara jemaat misa Natal. Mereka hadir bersama sejumlah anggota Gusdurian Muda lain lintas agama: ada yang beragama Islam, Kong Hu Cu, Buddha, Kristen, Katolik dan penganut kepercayaan.

Di tengah khotbah, Romo Yohanes Gani Sukarsono yang akrab disapa Romo Gani menyampaikan penghargaan terhadap Gusdurian Muda yang hadir di antara jemaat misa natal.

Baca juga:   Ornamen Natal Dijual Bebas di Arab Saudi

Sebaliknya, jemaat juga diminta melakukan hal yang sama. Saling menghormati, membangun toleransi dan menjunjung kemanusiaan.

Romo Gani menyampaikan tengah membangun relasi lintas iman, salah satunya melalui seni budaya.

Gerakan ini diharapkan bisa menangkal kekerasan atas nama agama, intoleransi, pelarangan ibadah dan pelarangan perayaan Natal yang terjadi di berbagai daerah.

“Tak cuma pesan melalui spanduk, ini disampaikan langsung. Harapannya agar agama bukan lagi menjadi sekat, tapi agama menjadi bagian (dari upaya) membangun kemanusiaan. Percuma ada agama jika kemanusiaan masih ditindas,” ujarnya.

Merayakan Natal tanpa tekanan

Pengurus Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur Nur Kholis Saleh dalam sambutannya juga menyerukan hal yang sama.

“Rayakan Natal dengan damai, seperti kami merayakan Idul Fitri. Hidup rukun berdampingan,” ujarnya.

Baca juga:   Banyak Gereja Belum Siap E-Church Hadapi Corona, Ini Imbauan Ketum PGI

Usai misa Natal, sejumlah santri dari Gubuk Sufi Jabung, Kabupaten Malang, maju mendekati altar.

Mereka berdiri dengan tangan bersilang mendekap dada sembari membungkuk–tanda hormat kepada para jemaat misa Natal.

Penari Sufi pimpinan Muhammad Al Mukhtadir alias Gus Muham berlahan menari, berputar berlawanan jarum jam.

Pukulan rebana dari kelompok seni al-Banjari mengiringi tarian sufi yang diciptakan Jalaludin Rumi. Mereka menari, berputar hingga pakaian yang dikenakan mengembang.

“Tari sufi ini intinya menyebarkan kasih sayang.,” kata Gus Muham.

“Saya hanya menghadiri saudara saya yang merayakan Natal. Ini manusia, saya melihat manusia,” kata Gus Muham saat ditanya mengenai imbauan MUI Jawa Timur agar Muslim tidak mengucapkan ‘Selamat Natal’.

MUI Pusat telah menyatakan bahwa pihaknya tidak menyarankan maupun melarang Muslim mengucapkan ‘Selamat Natal’. (BBC)

Tags: Natal
Share23SendShareTweet14Share4Share6Send
Previous Post

Ucapkan Selamat Natal, Presiden: Semoga Kedamaian, Kegembiraan Senantiasa Jadi Pengiring Kita

Next Post

Bagaimana Perdana Menteri Narendra Modi membuat cemas Muslim di India

Next Post
Bagaimana Perdana Menteri Narendra Modi membuat cemas Muslim di India

Bagaimana Perdana Menteri Narendra Modi membuat cemas Muslim di India

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 77 other subscribers

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2020 Diakonia Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
    • Donate
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2020 Diakonia Indonesia