Diakonia.id – Pemerintah Turki turut mengecam penyerangan di Nice, Prancis yang mengakibatkan tiga orang tewas. Turki menegaskan kekerasan dan pembunuhan tidak dapat dibenarkan.
Mengutip Kantor Berita Anadolu, Pemerintah Turki menyatakan mendukung Prancis melawan terorisme. Turki juga menyampaikan bela sungkawa yang mendalam.
“Tidak ada alasan untuk membenarkan pembunuhan manusia dan membenarkan kekerasan,” tutur pemerintah Turki lewat keterangan resmi seperti diberitakan Anadolu, Kamis (29/10).
Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay menyatakan bahwa terorisme tidak bisa dikaitkan dengan ajaran agama tertentu. Termasuk penyerangan yang baru saja terjadi di Prancis.
“Dengan ini saya mengulangi seruan kami untuk bersatu melawan ekstremisme,” ucap Fuat.
Pemerintah Turki tetap menyampaikan bela sungkawa meski sebelumnya Presiden Erdogan kerap berseteru dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Perseteruan keduanya berkaitan dengan gelagat Macron yang mengizinkan penerbitan kartun Nabi Muhammad. Menurut Erdogan, Macron perlu memeriksa kesehatan mentalnya.
Diketahui, penyerangan terjadi di sekitar Gereja Notredame Basilica, Nice, Prancis. Tiga orang tewas. Satu di antaranya dipenggal oleh pelaku yang kini telah ditangkap aparat.
Pelaku diduga kuat merupakan warga Tunisia berusia 21 tahun bernama Brahim Aouissaoui. Mengutip AFP, Brahim baru tiba di Eropa pada akhir September lalu.
Penyerangan juga sempat terjadi terhadap warga Prancis Samuel Paty (47). Dia dipenggal di daerah Eragny oleh seorang pemuda pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18) pada 17 Oktober lalu.
Pembunuhan itu tak lepas dari sikap Samuel Paty yang membicarakan kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan Charlie Hebdo.
Presiden Prancis Emmanuel Macron sendiri tidak melarang penerbitan kartun tersebut hingga mendapat kritik dari sejumlah negara Islam.
(CNN/bmw)