Diakonia.id –
Bagi seorang percaya, betapa menceriakan hati kesukaan Allah atas orang-orang kudus-Nya! Kita tidak dapat melihat suatu alasan di dalam diri kita mengapa Tuhan harus bergembira atas kita; padahal kita sendiri tidak dapat bersuka atas diri kita, karena kita sering mengaduh, karena terbeban; tersadar akan dosa kita, dan menyesali ketidakpercayaan kita; dan kita takut kalau umat Allah tidak dapat bersuka atas kita, karena mereka pasti merasakan banyak ketidaksempuraan dan kebodohan kita, sehingga mereka bakalan lebih meratapi kelemahan kita daripada mengagumi keanggunan kita. Tetapi kita suka untuk tinggal di atas kebenaran transenden, kemuliaan yang ajaib ini: seperti halnya mempelai laki-laki bersukacita atas pengantin perempuan, begitu pula Tuhan bersukacita atas kita. Kita tidak membaca di manapun bahwa Allah bersukacita atas gunung-gunung yang dilingkupi awan, maupun bintang-bintang yang benderang, tetapi kita membaca bahwa Ia bergirang atas bagian bumi yang dapat ditinggali, dan bahwa kegirangan-Nya terletak pada anak-anak manusia. Bahkan tulisan bahwa jiwa-Nya bergirang karena malaikat-malaikat tidak kita temukan; tidak pula mengenai kerubim dan serafim Ia berkata “engkau akan dinamai ‘yang berkenan kepada-Ku,’ sebab TUHAN telah berkenan kepadamu” [Yes 62:4]; tetapi Ia mengatakannya pada ciptaan-Nya yang terjatuh dan malang seperti kita, yang direndahkan dan bejat oleh dosa, tetapi diselamatkan, diagungkan, dan dimuliakan oleh anugerah-Nya. Betapa kuat bahasa yang dengannya Ia mengekspresikan kegirangan-Nya atas umat-Nya! Siapa yang dapat membayangkan Sang Esa yang kekal itu meledak ke dalam sebuah sorakan? Tapi memang tertulis, “Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai.” [Zef 3:17] Ketika Ia melihat dunia yang diciptakan-Nya, Ia berkata, “Sangat baik”; namun ketika Ia melihat orang-orang sebagai belian darah Yesus, mereka yang Dia sendiri pilih, nampaknya hati agung Sang Tak Terhingga tidak dapat dikekang lagi, melimpah dalam seruan-seruan sukacita ilahi. Tidakkah kita harus mengucapkan rasa terima kasih kita atas deklarasi kasih-Nya yang begitu menakjubkan, dan bernyanyi, “Aku akan bersukacita di dalam Tuhan, aku akan bersukacita di dalam Allah keselamatanku?” [Hab 3:18]
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.