Diakonia.id –
“Tempat perlindungan” bisa diartikan sebagai “gedung”, atau “tempat tinggal,” yang memberikan ide bahwa Allah adalah tempat tinggal kita, rumah kita. Ada rasa penuh dan manis pada perumpamaan ini, karena hal yang sangat dekat dengan hati kita adalah rumah kita, meskipun itu sebuah gubuk yang sederhana, ataupun loteng yang sempit; dan yang jauh lebih dekat adalah Allah kita yang terpuji, yang di dalam-Nya kita hidup, kita bergerak, kita ada [Kis 17:28]. Di rumahlah kita merasa aman: kita menutup dunia luar dan berdiam dalam rasa aman yang tentram. Demikian pula ketika kita bersama Allah, kita “tidak takut bahaya.” [Mazmur 23:4] Ia adalah perlindungan dan pengungsian kita, tempat berlindung kita yang kekal. Di rumah, kita beristirahat; di situlah kita memperoleh peristirahatan sehabis lelah dan keringat dari bekerja seharian. Dan demikianlah hati kita memperoleh peristirahatan di dalam Allah, ketika, di tengah lelahnya konflik hidup, kita berpaling kepada-Nya, dan jiwa kita berdiam dengan tentram. Di rumah, juga, hati kita menjadi lega kita tidak khawatir disalahpahami, ataupun kata-kata kita disalahartikan. Demikian ketika kita bersama Allah, kita bisa berelasi secara bebas dengan-Nya, meletakkan keinginan-keinginan kita yang tersembunyi; karena jikalau “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia,” [Mazmur 25:14] [1] maka segala rahasia orang-orang yang takut akan Dia pastilah, dan haruslah, ada pada TUHAN mereka. Rumah, juga, adalah tempat kebahagiaan kita yang sesungguhnya dan semurninya: dan di dalam Allah-lah hati kita memperoleh kesukaan yang terdalam. Kita memperoleh sukacita di dalam Dia yang melebihi sukacita apapun. Demi rumah pula kita bekerja dan berusaha. Memikirkan akan rumah memberi kita kekuatan untuk menanggung beban sehari-hari, dan membangunkan jari-jari kita untuk menyelesaikan tugas; dan dalam pengertian ini kita juga bisa mengatakan bahwa Allah adalah rumah kita. Kasih kepada-Nya menguatkan kita. Kita memikirkan Dia dalam pribadi Putera-Nya yang tercinta; dan sekilas saja wajah Penebus yang menderita sudah memaksa kita untuk berusaha demi tujuan-Nya. Kita merasa harus bekerja, karena kita memiliki saudara-saudara yang masih harus diselamatkan, dan kita memiliki hati Bapa untuk kita bahagiakan dengan memulangkan anak-anak-Nya yang tersesat; kita akan memenuhi keluarga sakral yang di antaranya kita berada dengan kegirangan kudus. Berbahagialah mereka yang memiliki Allah Yakub sebagai tempat perlindungan mereka!
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.