Diakonia.id –
Kehidupan iman diwakili oleh menerima—sebuah perbuatan yang artinya sangat berlainan dengan layak atau pantas. Perbuatan itu hanyalah menerima hadiah. Seperti bumi minum air hujan, seperti laut menerima aliran sungai-sungai, seperti malam mendapat cahaya dari bintang-bintang, kita pun, tanpa memberikan apapun, menerima anugerah Allah dengan cuma-cuma. Orang-orang kudus, menurut kodratnya, bukanlah sumur, ataupun aliran sungai, mereka sekadar penampungan air yang kepadanya air hidup mengalir; mereka adalah wadah kosong yang kepadanya Allah mencurahkan keselamatan-Nya. Konsep menerima memiliki makna penyataan, yaitu menjadikan suatu hal sebuah realitas. Seseorang tidak bisa menerima sebuah bayangan; kita menerima sesuatu yang substansial: begitu juga dengan kehidupan iman, Kristus menjadi realitas bagi kita. Ketika kita tidak beriman, Yesus hanyalah sebuah nama bagi kita—seorang yang hidup pada zaman dahulu, begitu kunonya sehingga kehidupan-Nya hanyalah sebuah sejarah bagi kita sekarang! Dengan perbuatan iman Yesus menjadi Seorang yang nyata di dalam kesadaran hati kita. Tetapi menerima juga bermakna mengenggam atau memiliki. Hal yang aku terima menjadi milikku: aku memperuntukkan bagiku hal yang sudah diberikan. Ketika aku menerima Yesus, Ia menjadi Juruselamatku, sungguh milikku sehingga hidup maupun maut tidak bisa merenggut Dia dariku. Semua ini adalah menerima Kristus—menerima-Nya sebagai hadiah cuma-cuma dari Allah; merealisasikan-Nya di dalam hatiku, dan menjadikan-Nya milikku.
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.