Diakonia.id -Banyak orang ingin memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, dan ini adalah cita-cita yang mulia. Namun, tentunya ada pula yang bertanya-tanya: mengapa kita perlu mendekatkan diri dengan Tuhan? Dan, langkah-langkah apa yang bisa kita ambil untuk melakukannya?
Alkitab sudah mencantumkan apa alasannya dan bagaimana cara meningkatkan level hubungan kita dengan Tuhan:
Mengapa Dekat dengan Tuhan Itu Penting?
Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,
mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat,
mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium,
mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.
– Mazmur 115:4-8
Mazmur mengatakan bahwa kita akan menjadi seperti apa yang kita sembah. Jika kita menyembah berhala, kita akan menjadi seperti berhala itu. Jika kita menyembah Tuhan, kita pun akan berusaha semakin mirip dengan Tuhan. Jadi, dekat dengan Tuhan itu penting agar karakter kita semakin mendekati karakter Tuhan.
Menjadi serupa dengan Kristus adalah panggilan setiap orang yang percaya kepada Allah, yang dapat kita teladani lewat cara hidup Yesus. Memiliki karakter Kristus akan menjadikan hidup kita berkat bagi banyak orang. Dan, seseorang bisa dikatakan dekat dengan Tuhan jika karakternya makin serupa dengan Yesus. Tentunya, ini diperoleh melalui berbagai proses pembentukan karakter secara terus-menerus.
Untuk mengenal lebih dalam karakter Yesus, kita perlu membangun hubungan dengan-Nya, yaitu dengan mempraktikkan apa yang kita pelajari dari Alkitab. Dengan cara itulah, Tuhan membentuk karakter kita agar semakin mendekati karakter-Nya.
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. – Filipi 3:10
Dengan kata lain, pengertian menjadi mirip dengan Yesus adalah tentang hubungan kita dengan-Nya. Memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan akan memengaruhi semua aspek kehidupan kita. Sebelum mengenal Yesus, memaafkan adalah perbuatan yang sangat sulit saya lakukan. Namun, setelah melihat bagaimana Yesus mengampuni orang-orang yang menyalibkan Dia, cara pandang saya tentang pengampunan berubah. Terlebih lagi, Tuhan sendiri telah mengampuni dosa-dosa saya.
Berikut tiga pertama hal yang bisa kita praktikkan dalam upaya memiliki hubungan dekat dengan Tuhan:
1. Siapkan Hati dan Pikiran

Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. – Matius 22:37
Hal paling awal dan utama dalam membangun hubungan dengan Tuhan adalah mempersiapkan hati dan pikiran kita. Tuhan ingin menjadi prioritas dalam segala bidang kehidupan kita, di atas pekerjaan, pasangan hidup, anak, hobi, dan materi.
Pernahkah hati dan pikiran Anda tidak sinkron dengan tindakan Anda saat bersama Tuhan? Contoh, selama pandemi COVID-19, pemerintah menghimbau masyarakat untuk menerapkan physical distancing, sehingga kita melakukan ibadah online. Saat ibadah, apakah Anda datang dengan hati dan pikiran yang tertuju kepada Tuhan? Atau, Anda bersikap seenaknya sepanjang ibadah, misalnya sambil mengecek akun medsos atau chatting?
Mempersiapkan hati dan pikiran berarti mencurahkan segenap hati, jiwa, raga, dan pikiran kita untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Misalkan, sebelum ibadah, kita matikan ponsel dan cari ruangan yang tenang. Atau, untuk saat teduh, kita pilih waktu spesial, tempat yang private, berdoa dulu, lalu mencatat hasil renungan dan pelajaran kita.
2. Pelajari Firman-Nya

Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. – 2 Petrus 1:19
Di Perjanjian Lama, kita melihat bagaimana Tuhan suka berbicara dengan orang-orang yang dekat dengan-Nya. Di era modern, sebenarnya Tuhan pun masih berbicara kepada kita lewat firman-Nya, yaitu Alkitab.
Firman Tuhan memuat pemikiran-pemikiran-Nya. Jika ingin hubungan kita dengan Tuhan bertumbuh, kita perlu membaca dan mempelajari firman-Nya setiap hari. Dengan demikian, kita semakin memahami apa yang menyenangkan Tuhan dan apa yang membuat Dia murka atau sedih.
3. Pray Deeply

Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. – Mazmur 34:2
Berdoa “dengan dalam” berarti berdoa sungguh-sungguh, dengan terbuka dan tulus ingin membangun komunikasi dengan Tuhan—bukan asal-asalan atau dengan terburu-buru. Jika membaca Alkitab adalah cara kita mendengarkan suara Tuhan, berdoa adalah cara kita berbicara kepada-Nya. Dan, Tuhan senang mendengar anak-anak-Nya memuji dan bersyukur kepada-Nya.
Untuk itu, kita bisa meniru struktur Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya. Praying deeply merujuk pada hubungan Anak dengan Bapa; artinya, kita menghormati Tuhan layaknya sikap seorang anak kepada ayahnya: tidak kaku atau formal. Kita awali doa dengan memuji Tuhan, mengaku dosa, baru meminta kepada-Nya. Anda bisa pelajari pola Doa Bapa Kami lebih jelas di sini.
Daud adalah orang yang punya hubungan dekat dengan Tuhan. Lewat doa-doanya yang dimuat di Mazmur, ia memuji Tuhan, mengakui dosanya, dan menyampaikan kebutuhannya kepada Tuhan. Ketika anak pertamanya dengan Batsyeba sakit, Daud berdoa sungguh-sungguh, memohon kepada Tuhan dengan berpuasa dan merebahkan diri di lantai. Praying deeply menunjukkan kesungguhan hati kita untuk percaya Tuhan akan memberikan jawaban terbaik seturut kehendak-Nya.
Adalah sukacita luar biasa ketika kita dapat memahami pentingnya hubungan yang dekat dengan Tuhan. Untuk mencapai hal tersebut, kita memerlukan tindakan berkesinambungan. Awali dengan menyiapkan hati dan pikiran kita, dilanjutkan dengan berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa dan perenungan firman. (gkdi.org)