Diakonia.id –
Sekali kebenaran Allah dipersilakan memperoleh jalan masuk ke dalam hati manusia dan menaklukkan seluruh manusia kepada kebenaran-Nya, kekuatan manusia maupun neraka tidak dapat mengusirnya. Kita menyambut kebenaran-Nya bukan sebagai tamu tetapi sebagai tuan rumah—ini keharusan orang Kristen, ia yang tidak percaya begitu bukan seorang Kristen. Mereka yang merasakan kekuatan vital injil, dan mengenal keperkasaan Roh Kudus yang membuka, menerapkan, dan memateraikan Firman Tuhan, lebih mudah terkoyak berkeping-keping daripada terlepas dari injil keselamatan mereka. Ribuan rahmat dibungkus dalam jaminan bahwa kebenaran akan bersama kita selama-lamanya; akan menjadi tunjangan hidup kita, kenyamanan kita yang sekarat, nyanyian kebangkitan kita, kemuliaan abadi kita; inilah hak istimewa orang Kristen, yang tanpanya iman kita kecil nilainya. Beberapa kebenaran sudah kita kuasai dan tinggalkan, karena kebenaran-kebenaran itu adalah pelajaran dasar bagi pemula, tetapi kita tidak bersikap demikian kepada kebenaran Ilahi, karena kebenaran Ilahi adalah makanan manis bayi sekaligus makanan keras orang dewasa [Ibrani 5:12]. Kebenaran bahwa kita adalah orang-orang berdosa secara menyakitkan menyertai kita untuk merendahkan hati kita dan membuat kita berjaga-jaga; kebenaran yang terlebih diberkati bahwa barangsiapa percaya pada Tuhan Yesus akan diselamatkan, tinggal diam bersama kita sebagai pengharapan dan sukacita kita. Pengalaman bukannya melonggarkan pegangan kita akan doktrin anugerah, justru semakin kuat merajut kita kepadanya; alasan dan motif kita untuk percaya sekarang lebih kuat, lebih banyak daripada sebelumnya, dan kita memiliki alasan untuk berharap bahwa akan terus begitu hingga dalam maut lengan kita memeluk Sang Juruselamat.
RENUNGAN HARIAN (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.