Diakonia.id -Mungkin ini menjadi satu-satunya museum biblika atau alkitab di Indonesia. Kini publik dapat melihat dan mempelajari sejarah, cerita atau ragam informasi terkait kebudayaan manusia yang dicatat dalam alkitab secara lebih menarik.

Museum Alkitab mendampingi keberadaan Perpustakaan Biblika, menyediakan koleksi terkait sejarah Alkitab yang disajikan kronologis. Lokasinya di pusat kota, di area Gedung Pusat Alkitab, Jalan Salemba nomor 12, Jakarta Pusat, berdampingan dengan gedung Lembaga Alkitab Indonesia (LAI).
Museum ini terbuka untuk anak-anak hingga orang dewasa yang berminat mempelajari sejarah Alkitab dan kebudayaan masyarakat pada masa penulisan Alkitab dengan cara yang muda, santai dan menyenangkan. Rekreasi sambil memperkaya pengetahuan.
Salah satu yang dapat dilihat di museum ini adalah Alkitab terbesar di Indonesia yang tercatat dalam rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), dan Alkitab terkecil. Museum ini juga menyimpan koleksi barang-barang warisan masa lalu yang dipajang dalam lemari kaca atau vitrin.
Pengunjung dapat melihat aneka versi Alkitab dalam berbagai bahasa, sejarah lengkap, kebudayaan pada masa penulisan Alkitab.
Koleksi lain adalah Alkitab yang ditulis tangan. Terdapat tiga koleksi Alkitab tulisan tangan di museum ini. Untuk melihatnya, kita perlu menuju ke bagian depan museum, tepatnya tersimpan di dalam lemari kaca.
Alkitab di kiri dan kanan memiliki sampul berwarna hitam. Sayang, kita tidak bisa membaca atau melihat-lihat isi Alkitab karena Alkitab tersebut dalam posisi tertutup.
Lain lagi Alkitab yang ada di bagian tengah. Alkitab ini lebih tipis namun kita bisa membuka dan melihat contoh tulisan tangan seperti yang terdapat di bagian kiri dan kanan.
Alkitab di bagian kiri adalah Alkitab yang dibuat dengan tulisan tangan anak-anak. Alkitab ini mulai ditulis sejak tahun 2002 dan melibatkan enam ribu anak-anak dari gereja dan berbagai sekolah Kristen di seluruh Indonesia.
Pembuatan Alkitab tulisan tangan ini dilakukan sebagai aksi penggalangan dana bagi pengadaan Alkitab dan bacaan bagi anak-anak di daerah pedalaman.
Sementara Alkitab di sebelah kanan adalah Alkitab dengan tulisan tangan orang dewasa. Alkitab tulisan tangan dewasa ini dibuat oleh sebanyak 2.872 orang penulis yang berasal dari 44 gereja dan 54 kelompok persekutuan doa di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan Cirebon.
Alkitab ini diselesaikan dalam waktu 21 bulan, dibuat sebagai bentuk dukungan pelaksanaan program penggalangan dana untuk penerbitan perdana Perjanjian Baru dalam bahasa Dayak Maanyan dan Dayak Ngaju di provinsi Kalimantan Tengah.
Alkitab ini memiliki berat 23 kilogram, jumlah pasal 1.189, jumlah kitab 66 dan jumlah halaman 3.950 lembar.
Apalagi yang bisa didapatkan pengunjung di sini?
Saat menyambangi museum ini, Anda juga bisa membaca buku di perpustakaan yang nyaman, dilengkapi dengan sambungan internet nirkabel.
Jika ingin beramai-ramai ke sini, museum menyediakan Paket Wisata Alkitab (PWA) bagi peserta dalam rombongan 10 sampai 50 orang yang ingin mengunjungi Museum Alkitab. Mereka dapat melihat proses pencetakan Alkitab secara langsung di percetakan Lembaga Alkitab Indonesia.
Khusus Paket Wisata Alkitab harus mendaftarkan diri minimal satu minggu sebelum kedatangan. Untuk pendaftaran dapat menuju tautan ini.
Biaya masuk museum ini Rp3 ribu per orang. Museum Biblika bisa dikunjungi Senin sampai Jumat mulai pukul 08.00-16.00 WIB, dan hari Sabtu pukul 09.00 hingga 15.00 WIB. Museum ini tutup setiap hari Minggu.
LAI adalah satu-satunya lembaga yang memiliki kewenangan mencetak dan menerbitkan Alkitab ke dalam berbagai bahasa daerah yang ada di Nusantara. Sejarah kitab suci umat kristiani diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu telah ada sejak tahun 1514 oleh penginjil Portugis, Gregorio de Gregorus.
Jauh sebelum berdirinya LAI, pada 4 Juni 1814 telah berdiri suatu Lembaga Alkitab di Batavia di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles. Lembaga Alkitab ini merupakan cabang pembantu dari Lembaga Alkitab Inggris dan bernama Lembaga Alkitab Jawa (Java Auxiliary).
Sampai dengan tahun 1937, Lembaga Alkitab Belanda menyebarkan Alkitab melalui perwakilan atau agen di Bandung, sedang Lembaga Alkitab Inggris menyebarkan Alkitab melalui perwakilan di Manila dengan sub-agen wilayah Jawa dan Bali yang juga berada di Bandung.
Pada tanggal 1 Januari 1938, kedua agen itu disatukan lalu berkedudukan di Burgemeester Kuhrweg 7, sekarang ada di Jalan Purnawarman, Bandung.
Pada tahun 1950 bersamaan dengan diterimanya Republik Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa Bangsa, beberapa tokoh kristiani mulai memprakarsai terbentuknya LAI.
Walaupun berdirinya Lembaga Alkitab Nasional yang mandiri telah diusahakan sejak tahun 1951, tetapi pada kenyataan baru pada tanggal 9 Februari 1954 resmi. Tanggal itu merupakan waktu penandatanganan akta notaris pendirian Lembaga Alkitab Indonesia sebagai Yayasan di hadapan notaris Elisa Pondaag.(lokadata)