• Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami
Diakonia.id
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
    • Donate
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
    • Donate
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account
No Result
View All Result
Diakonia.id
No Result
View All Result
Home Internasional

Potret Gereja Chora Turki yang Kini Diubah Menjadi Masjid

Diakonia IndonesiabyDiakonia Indonesia
5 November 2022
inGereja, Internasional, Sejarah, Situs Bersejarah
AA
0
Potret Gereja Chora Turki yang Kini Diubah Menjadi Masjid


Diakonia.id – Sementara konversi Hagia Sophia menjadi masjid masih jadi kontroversi, pemerintahan Erdogan melakukan hal yang sama dengan Museum Chora. Sejarawan dan komunitas Kristen dihantui kecemasan.

Setelah Hagia Sophia diubah menjadi masjid pada pertengahan Juli 2020 lalu, banyak gereja lain dilirik Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Menurut keputusan yang dikeluarkan, salat digelar lagi di Museum Chora. Selain itu, bangunan suci di distrik Fatih Istanbul ini akan berada di bawah kendali Kantor Urusan Agama Turki (Diyanet).

Perubahan akan berlangsung di gedung kuno ini.
Kompleks bekas gereja Chora Foto: picture-alliance/M. Siepmann

Museum tersebut memiliki sejarah yang mirip dengan Situs Warisan Dunia UNESCO Hagia Sophia: Dibangun oleh Kekaisaran Bizantium pada abad ke-6, kemudian di zaman pemerintahan Kekaisaran Utsmaniyah, penguasa Wazir Agung Bayezids II, Atik Ali Pasa mengubah gereja itu menjadi masjid pada tahun 1511. Setelah berdirinya Republik Turki, pada tahun 1945, kabinet Turki memutuskan untuk menjadikannya museum.

Baca juga:   TENTANG PERPULUHAN

Bekas gereja Chora terkenal dengan banyak lukisan dinding dan mozaik yang terawat baik. Video antrean pengunjung di depan museum kini beredar di media sosial. Jelas, banyak orang ingin melihat sekilas interior gereja itu untuk terakhir kalinya sebelum ditutup tirai, sebagaimana Hagia Sophia.

“Keragaman budaya tidak boleh dipertanyakan”

Konversi Museum Chora dikhawatirkan membuka perpecahan baru: perwakilan dari komunitas Ortodoks Turki, termasuk Patriark Bartholomew dari Konstantinopel, telah menentang penggunaan Hagia Sophia sebagai masjid. Dalam kasus Museum Chora, reaksinya juga serupa.

Dia sangat menyesali perubahannya menjadi masjid, kata Presiden Asosiasi Yayasan Yunani (RUMVADER) Laki Vingas, kepada Deutsche Welle.

Presiden Asosiasi Yayasan Yunani (RUMVADER) Laki Vingas bicara soal perubahan ini.
Presiden Asosiasi Yayasan Yunani (RUMVADER) Laki VingasFoto: Privat

“Di ibu kota budaya seperti Istanbul, keragaman budaya tidak boleh dipertanyakan,” jelas Vingas, yang juga terlibat dalam asosiasi pelestarian warisan budaya.

Baca juga:   SELAMAT ULANG TAHUN PGI KE-68

Apakah akan ada eksodus?

Sikap tanpa kompromi pemerintah Turki akan semakin mendorong keterasingan minoritas, demikian ia memperingatkan.

Semakin banyak kaum muda yang tergolong minoritas kini mencari pekerjaan baru di luar negeri. “Dalam 15 tahun terakhir, banyak orang dari Yunani telah menetap di kota kami.

Mereka telah berintegrasi di sini, mereka telah berkontribusi pada kehidupan masyarakat. Bahwa mereka sekarang berpikir untuk kembali pulang ke negaranya, membuat saya khawatir,” kata Vingas.

Sejarawan seni Osman Erden yakin rencana itu bertentangan dengan masa lalu bersejarah kota metropolis Bosporus. Alasan mengapa Hagia Sophia atau bekas gereja Chora dinyatakan sebagai museum adalah karena seseorang ingin menerima seluruh sejarah masa lalu.

Baca juga:   Investigasi Tim Kemanusiaan: Pendeta Yeremia Ditembak TNI

“(Menjadikannnya museum) itu tidak pernah dimaksudkan sebagai dorongan melawan Kekaisaran Utsmaniyah dan Islam”. Para akademisi sangat prihatin bahwa sejarah Istanbul semakin dipolitisasi politis. Mereka menganggap politisasi tersebut tidak adil untuk sejarah kota itu.

Ayse Cavdar
Peneliti isu konservatisme Ayse CavdarFoto: Privat

Dugaan politisasi

Peneliti isu konservatisme Ayse Cavdar melihat realokasi museum ini sebagai manuver politik Erdogan. “Erdogan dan timnya kalah dari oposisi dalam pemilihan lokal Juni 2020 lalu di Istanbul. Mereka mungkin mencoba meninggalkan jejak mereka di Istanbul dengan cara lain.”

Menurut Cavdar, kebijakan yang diambil pemerintahan Erdogan itu adalah sinyal: “Lihat, kami masih di sini.” Bagi pemerintah, yang mengambil alih kekuasaan politik setelah periode Erdogan, akan agak bermasalah untuk membalikkan langkah-langkah menuju islamisasi ini, demikian disimpulkan ilmuwan tersebut.

Join @idDiakonia on Telegram
Share23SendShareTweet14Share4Share6Send
Previous Post

Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil. [Yesaya 54:17]

Next Post

Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus. [Yesaya 44:3] [1]

Next Post

Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus. [Yesaya 44:3] [1]

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Diakonia Indonesia melalui email

Join 77 other subscribers

Tentang

Diakonia.id

Diakonia Indonesia encompasses the call to serve the poor and oppressed. Our goal is a fair and sustainable development in which living standards for the most vulnerable people are improved, and human rights. The starting point for this is the gospel with Jesus as the role model and, based on this, our policy.

Kanal

  • Analisis & Opini
  • Apologetika
  • Belajar Alkitab
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Denominasi
  • English Hymns
  • Gereja
  • Inspirasi
  • Internasional
  • Jiwaku Bersukacita
  • Kebangsaan
  • Keluarga & Relasi
  • Kidung Jemaat
  • Lagu Natal
  • Lagu Sekolah Minggu
  • Musik
  • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Pelengkap Kidung Jemaat
  • Redaksi
  • Renungan
  • Sejarah
  • Situs Bersejarah
  • Tokoh Kristiani
  • Umum
  • Video

Berlangganan melalui e-mail

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru melalui email

  • Beranda
  • Menjadi Penulis
  • Kebijakan Privasi
  • Donasi
  • Hubungi Kami

© 2020 Diakonia Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • Daily Devotional
  • Belajar Alkitab
  • Apologetika
  • Keluarga & Relasi
  • Blog
    • Gereja
    • Denominasi
    • Tokoh Kristiani
    • Situs Bersejarah
    • Kebangsaan
    • Internasional
    • Umum
    • Analisis & Opini
    • Turn Back Hoax
  • Musik
    • Buku Ende
    • Buku Nyanyian
    • Kidung Jemaat
    • Pelengkap Kidung Jemaat
    • English Hymns
    • Jiwaku Bersukacita
    • Lagu Natal
    • Lagu Sekolah Minggu
    • Nyanyikanlah Kidung Baru
  • Our Causes
    • Donate
  • Shop
    • Shopping Cart
    • Checkout
    • My Account

© 2020 Diakonia Indonesia