Diakonia.id -Mengampuni seseorang bukanlah hal mudah, lebih-lebih jika yang menyakiti kita adalah orang terdekat. Misalnya, orang tua, pasangan hidup, saudara kandung, atau sahabat karib.
Umumnya orang Kristen paham bahwa mengampuni adalah perintah Tuhan. Kita harus mengampuni orang lain karena ini berhubungan erat dengan keselamatan. Masalahnya, bisakah kita mengampuni jika hati masih menyimpan kemarahan, kebencian, dan dendam?
Inilah lima langkah penting yang perlu kita ambil agar dapat mengampuni orang lain. Pengampunan adalah sebuah proses, jadi terapkanlah langkah-langkah ini secara bertahap, berulang-ulang, sesuai waktu yang Anda butuhkan.
1. Tak Ada Manusia yang Sempurna
Ketika membenci seseorang, kita cenderung memiliki perspektif negatif terhadap orang tersebut. Namun, kita perlu ingat bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Semua manusia berbuat berdosa dan punya kelemahan.
Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa! – Pengkhotbah 7:20
Saya punya kenalan yang selalu merasa lebih pintar daripada orang lain. Awalnya, saya enggan bersahabat dengannya karena menganggap ia sombong. Kemudian, saya mengetahui alasannya bersikap demikian: ia ingin diterima dan dipandang baik oleh orang lain. Memahami hal ini, ditambah usaha untuk berpikir positif, memudahkan saya untuk memaafkannya dan bahkan menjalin pertemanan dengannya.
Kita mungkin tidak melakukan kesalahan yang sama dengan mereka yang menyakiti kita, tetapi kita juga manusia berdosa. Jadi, janganlah kita membandingkan besar-kecilnya dosa. Kedengarannya memang tidak adil, tapi coba renungkan: Tuhan Yesus telah mati untuk segala jenis dosa. Dia menerima kita yang tak sempurna ini. Karena itu, hendaknya kita juga menerima sesama kita yang tidak sempurna.
2. Doakan Orang yang Menyakiti Anda
Mendoakan musuh adalah tantangan yang berat, tetapi dapat memberikan manfaat luar biasa bagi pertumbuhan pribadi dan kesembuhan batin Anda. Sewaktu berdoa, Anda akan terdorong untuk melepaskan kemarahan dan kebencian. Mendoakan orang yang menyakiti Anda juga membuat Anda lebih mengandalkan kekuatan Tuhan untuk membentuk hati Anda agar rela mengampuni.
Seorang saudara bercerita kepada saya bagaimana ia pernah dikhianati oleh istrinya. Ketimbang menuntut maaf, saudara ini justru lebih dulu meminta maaf atas semua perbuatannya yang menyakiti hati sang istri. Lalu, seiring dengan ketekunan saudara ini dalam mendoakan istrinya, hatinya yang tersakiti perlahan-lahan menjadi sembuh.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. – Matius 5:44
3. Serahkan Penghakiman kepada Tuhan
Saya pernah berselisih pendapat dengan seorang teman di grup chatting, dan akhirnya saya memilih untuk mengalah. Meski di luar tampaknya demikian, dalam hati, saya sebenarnya kesal dan ingin membalas. Saya sengaja tidak berkomentar lagi di dalam grup dan berlambat-lambat menanggapi pesannya—kalau hari ini ia mengirim pesan, saya baru menjawab besoknya.
Hingga suatu hari, saya membaca ayat ini:
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. – Roma 12:19
Firman Tuhan menegur saya agar tidak terperangkap dalam kebencian dan dendam. Akhirnya, saya putuskan untuk bertemu dengan teman saya, dan kami berhasil menyelesaikan konflik tersebut setelah membicarakan baik-baik masalah kami.
Ketika disakiti, kita cenderung ingin membalas. Ya, Anda mungkin pantas membalas rasa sakit itu, tetapi Anda harus berkomitmen untuk tidak melakukannya. Pembalasan adalah hak Tuhan sepenuhnya. Memilih menyerahkan penghakiman kepada Tuhan menunjukkan bahwa kita menghormati otoritas-Nya yang tertinggi.
4. Balas Kejahatan dengan Kebaikan
Setelah menyerahkan penghakiman kepada Tuhan, Anda perlu menjalin komunikasi dengan orang yang menyakiti Anda. Ini hal yang berat, dan di tahap ini, Anda membutuhkan bantuan Tuhan. Anda perlu mengisi diri Anda dengan kasih Yesus.
Setelah menyelesaikan perselisihan dengan teman, saya mengambil inisiatif untuk bertindak. Saya mulai menyapanya lebih dahulu, merespon percakapan dengan hal positif dan membangun. Hasilnya, hubungan persahabatan kami yang telah dipulihkan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya karena konflik membuat kami lebih saling mengenal.
… dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. – 1 Petrus 3:9
5. Fokus pada Rancangan Tuhan
Kejadian yang menyakitkan biasanya sulit untuk dilupakan, apalagi jika menimpa kita berulang-ulang. Memang, kita mungkin tidak bisa melupakan sepenuhnya, tapi kita bisa berusaha untuk tidak selalu mengingat-ingat peristiwa itu. Terus-menerus berfokus pada orang yang menyakiti Anda akan menahan langkah Anda di tempat.
Untuk dapat melangkah maju, Anda perlu mengembalikan fokus Anda kepada rancangan Tuhan.
Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. – Filipi 3:13-14
Seorang saudara kenalan saya mempunyai masa lalu yang pahit dengan ayahnya. Ia menjadi Kristen setelah ayahnya meninggal dunia. Kendati ia sudah mengampuni ayahnya, kondisi emosionalnya belum pulih. Trauma masa lalu membuat saudara ini sulit memiliki hubungan dekat dengan anak-anaknya. Namun, berkat bantuan saudara lain dalam komunitas yang menjadi pengganti sosok ayahnya, ia berhasil menanggalkan semua beban yang menghalangi pemulihan batinnya.
Apakah Anda sudah mengampuni tetapi sulit untuk move on? Mungkin Anda ingin bicara dengan orang yang telah menyakiti Anda, tetapi yang bersangkutan sudah pindah entah ke mana atau telah tiada. Jika demikian, Anda perlu datang kepada orang yang bisa membantu Anda. Atau, jika Anda percaya komunitas kami bisa membantu, Anda bisa menghubungi kami lewat kontak di bawah artikel ini.
Mengampuni orang yang menyakiti kita adalah hal yang mungkin. Awali langkah Anda dengan mengambil keputusan untuk memiliki hati yang mau mengampuni. Selanjutnya, praktikkan lima langkah pengampunan di atas. Semoga Tuhan menambahkan iman Anda agar mampu mengampuni orang lain.
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. – Kolose 3:13. (gkdi.org)