Diakonia.id – Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kasus Penembakan Intan Jaya yang dibentuk oleh Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD kembali ke Jakarta, Senin (12/10).
Ketua Tim Investigasi Lapangan TGPF Intan Jaya Benny Mamoto memastikan mereka telah menyelesaikan dan berhasil mengumpulkan sejumlah informasi terkait rangkaian peristiwa berkaitan penembakan yang menewaskan salah tokoh agama Pendeta Yeremia di Distrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua September lalu.
Tim hari ini bertolak ke Jakarta untuk melanjutkan sisa tugas dan melaporkan hasil temuan kepada Mahfud selaku penanggung jawab tim.
“Kami sudah bekerja secara maksimal, meski dalam kondisi ancaman gangguan keamanan di sana, kami bisa mengejar target dan relatif kami capai,” kata Benny melalui keterangan pers yang diterima CNNIndonsia.com.
Selama berada di Papua khususnya di Kabupaten Intan Jaya, Benny bersama timnya telah melakukan olah TKP, bertemu saksi-saksi di TKP, dan telah mewawancarai hingga sekitar 25 saksi atas peristiwa penembakan di sana.
Bahkan setelah insiden penyergapan yang menyebabkan salah satu anggota timnya, Bambang Purwoko tertembak oleh KKB, pihaknya tetap melanjutkan investigasi. Meski begitu, lantaran tidak memungkinkan ke tempat tujuan untuk menghindari penyergapan kembali, para saksi yang dibutuhkan sengaja didatangkan ke Sugapa, Intan Jaya.
Para saksi ini dihadirkan di satu tempat, untuk kemudian anggota TGPF mewawancarai dan mendata mereka.
“Karena tim ini bukan pro justicia, kami bekerja dengan cara yang lebih luas ketimbang penyelidikan yang diatur di KUHAP yang setiap tahap pada prosedurnya. Untuk memperoleh informasi, kami mendatangi, kami dibantu tokoh agama dan tokoh lokal, jika ada kendala bahasa kami dibantu diterjemahkan,” kata Benny.
Benny mengatakan pendekatan tersebut yang akhirnya membuat keluarga korban bersedia melakukan autopsi terhadap jenazah Pendeta Yeremia. Bahkan keluarga korban juga berkenan menandatangani BAP.
“Dengan persetujuan ini, proses penyelidikan penegak hukum yang selama ini terhambat karena penolakan keluarga korban menandatangani BAP, bisa kembali berjalan,” kata dia.
Dalam kesempatan itu, Benny juga sempat menceritakan kejadian saat penyergapan dan penembakan yang dilakukan KKB terhadap mereka terjadi Jumat (8/10) lalu. Tim kala itu sempat mengalami shock lantaran kebanyakan memang bukan berasal dari kalangan militer dan baru pertama kali mengalami peristiwa seperti itu.
“Sebagian besar anggota tim tidak dididik militer atau kepolisian, tentu shock, tetapi kami tidak larut, kami tidak gentar dengan cara-cara seperti itu, kami tetap bekerja karena kami ada target, waktu kami pendek 14 hari. Tim kami solid dan punya komitmen tidak kenal menyerah,” kata dia.
Tak hanya tim yang berada di Intan Jaya, tim yang berada di Jayapura yang berada di bawah komando Wakil Ketua TGPF Sugeng Purnomo juga telah kembali ke Jakarta.
Selama di Jayapura, tim mengumpulkan berbagai informasi, antara lain dari kalangan tokoh setempat seperti mantan Bupati Paniai, Naftali Yogim, yang berperan membentuk Kabupaten Intan Jaya. Kalangan gereja antara lain, Pendeta Petrus Bonyandone, beberapa LSM dan pegiat HAM di Jayapura, jajaran pemerintah provinsi, kejaksaan, TNI, dan kepolisian Papua.
(tst/gil/CNN)