Diakonia.id -Pernyataan Pemimpin Gereja Katolik Roma Vatikan, Paus Fransiskus, yang mendukung ikatan kelompok Lesbian Gay Biseksual Transgender Queer (LGBTQ) layak menjalin ikatan menuai beragam tanggapan.
Seperti dilansir The Washington Post, Kamis (22/10), pernyataan dari Paus Fransiskus kemungkinan besar akan membuat gejolak di antara 1.3 miliar penganut Katolik Roma. Sebab di beberapa negara, sejumlah pendeta Katolik merestui pernikahan sesama jenis, tetapi masih banyak pula yang menentang gagasan itu.
Menurut peneliti Pusat Agama dan Kebudayaan Universitas Fordham, David Gibson, pernyataan Paus Fransiskus itu akan berdampak sangat besar.
“Saya melihat beliau sebenarnya pada dasarnya ingin menyampaikan bahwa “Kami ini bukan pejuang kebudayaan. Kami hadir di sini bukan untuk bertengkar. Kami hadir di sini untuk membangun keluarga’,” kata Gibson.
Paus Fransiskus menyampaikan pernyataan itu dalam film Fransesco, sebuah dokumenter yang disutradarai oleh pembuat film asal Rusia, Evgeny Afineevsky, yang ditayangkan perdana di Festival Film Roma, Rabu (21/10).
“Orang homoseksual memiliki hak untuk berada dalam sebuah keluarga. Mereka adalah anak-anak Tuhan dan memiliki hak atas sebuah keluarga. Tidak ada yang harus dibuang atau dibuat sengsara karenanya. “Apa yang harus kita buat adalah undang-undang ikatan sipil. Dengan cara itu, mereka dilindungi undang-undang,” kata Paus dalam film tersebut seperti yang dilaporkan Catholic News Agency dan dikutip CNN.
Film itu juga mengeksplorasi karya dan pandangan Paus Fransiskus dalam masalah lain, termasuk perubahan iklim, migrasi, dan kesenjangan ekonomi.
Dalam ajaran Katolik Roma, hubungan sesama jenis digolongkan sebagai bentuk penyimpangan perilaku. Paus Benediktus XVI bahkan menyebut homoseksualitas sebagai “kejahatan moral intrinsik”.
Pada 2003 saat Vatikan dipimpin Paus Yohannes Paulus II, pihak gereja menerbitkan sebuah dokumen yang membahas tentang persoalan ikatan hubungan sesama jenis. Di dalamnya disebutkan bahwa itu pengakuan hukum atas ikatan hubungan sesama jenis yang setara dengan pernikahan sama saja merupakan bentuk persetujuan terhadap perilaku menyimpang.
Kelompok konservatif menyebut pernyataan Paus Fransiskus membingungkan umat Katolik.
“Tidak diragukan lagi bahwa hal ini akan menambah kebingungan yang sudah ada di dunia Katolik, dan akan menjadi santapan bagi mereka yang mempertahankan, secara pribadi, Paus mempromosikan atau mendukung bid’ah,” kata Presiden Yayasan Lepato, Roberto de Mattei, di Roma.
Menurut Mattei, ini adalah pertama kalinya Paus Fransiskus secara terbuka mendukung kebijakan yang bertentangan dengan nilai moral dan doktrin gereja.
Kelompok konservatif kerap menuduh Paus Fransiskus mengacaukan ajaran gereja soal seksualitas. Mereka menyatakan Paus Fransiskus mengizinkan budaya mempengaruhi aturan gereja.
Direktur Eksekutif DignityUSA, Marianne Duddy-Burke, justru ragu dengan pernyataan Paus Fransiskus. Lembaga yang dipimpinnya menampung pengikut ajaran Katolik yang secara terbuka mengaku sebagai penyuka sesama jenis.
“Apakah pengakuan ini menjadi bentuk bahwa dunia dan komunitas hukum bergerak maju sementara gereja tertinggal di belakang? Ini adalah langkah maju, atau ini adalah cara untuk menghindari legalisasi pernikahan sesama jenis? Karena kami sudah merasakan tarik ulur yang dilakukan gereja, dan kami hanya bisa menahan napas,” kata Duddy-Burke. (cnnindonesia)